Belajar sesuatu dengan modal fokus

Belajar sesuatu dengan modal fokus. Fikiran manusia itu liar, seliar banteng yang lagi mengamuk, tak mau barang sedetikpun berhenti. Percaya tidak? Jika tidak percaya, coba anda pegang sesuatu. Perhatikan benda tersebut dalam-dalam! Bisakah fikiran dan mata anda fokus pada benda tersebut dalam 15 detik? Saya yakin, jangankan 15, detik 3 detik saja anda kesulitan. Hanya orang-orang tertentu yang sanggup melakukannya. Orang yang terbiasa meditasi atau yoga sanggup bermenit-menit dan bahkan yang sudah mencapai tingkat tinggi sanggup melakukannya berjam-jam.

Lalu apa hubungannya dengan belajar?
Jawabnya erat sekali!. Perhatikan orang di sekitarmu yang memiliki kepandaian sesuatu, misal memainkan gitar, piano, bermain batminton, pingpong dan sebagainya. Mereka yang memiliki keahlian tertentu saat melakukannya pasti mereka fokus (konsentrasi) terhadap apa yang dikerjakannya.

Mungkin anda masih ngeyel. Sebagai contoh saja, suatu saat anda melihat seorang gitaris memainkan sambil senyum-senyum memainkan gitar. Namun meski sambil tersenyum jemarinya tak luput dari petikan senar gitarnya yang begitu cepat dan rumit tanpa matanya melihat ke gitarnya.

Emmm, saya tersenyum. Saya dulu pernah belajar berbagai alat musik, mulai dari keyboard, drum, gitar, bas, ukulele dan beberapa alat musik yang lain. Dari sekian alat musik tersebut tak ada satupun yang sanggup menundukkan keliaran hati saya.

Pada suatu waktu saat campursari dicampur dengan gamelan saya melihat sebuah alat musik terbuat dari perunggu yang disebut saron. Saya merasa ada yang menggelitik perasaan ketika alat musik ini dimainkan.

Dari rasa itulah saya mulai belajar memainkan alat musik tradisional ini. Saat berlatih atau bermain di panggung saya sering menutup mata untuk mendapatkan bunyi yang saya inginkan. Tak sadar terkadang teman saya harus berteriak untuk mengatakan sesuatu. Hal ini saya lakukan terus-menerus hingga akhirnya terbiasa memainkan alat musik Jawa ini tanpa harus memelototinya.

Dari itu bisa diambil kesimpulan, bahwa meski dengan mata tertutup kita bisa melakukan sesuatu tanpa harus melihatnya. Maka tak mengherankan jika orang buta bisa bermain musik atau memiliki keahlian yang justru tidak dimiliki orang normal. Mengapa? Fokuslah yang paling berperan.

Tetapi, apakah dengan sekali fokus kita langsung bisa? Begitulah rata-rata orang berfikir, mereka mau yang instan, cepat melihat dan menikmati hasilnya. Segala sesuatu di dunia ini membutuhkan proses. Untuk membuat roti yang kecil habis sekali telan pun membutuhkan proses.

Janganlah alergi proses, proses akan memberikan pelajaran berharga yang tidak pernah di dapat di sekolahan atau kampus. Seorang gitaris handal rela menyendiri demi untuk mempelajari alat musiknya hingga lihai.

Dari sedikit pengalaman ini saya ingin memberikan motivasi kepada setiap sahabat yang menemukan artikel ini : "bahwa setiap manusia yang normal diberikan akal budi yang sama". Mengapa mereka bisa sedangkan anda tidak? Hanya orang malas yang mendahulukan berbagai alasannya daripada belajar untuk bisa. Jangan pernah beralasan tidak sekolah, tidak bisa dan seabrek alasan. Allah Maha segalanya, apa yang diminta umatnya dengan kesungguhan pasti diberikan.

Ma'af, bukan maksud saya menggurui sahabat, namun menurut saya tak salah orang berkata bahwa "pengalaman adalah guru terbaik". Mengapa? Karena dengan pengalaman yang dijalani sendiri kita akan mengetahuinya dengan seksama, dan secara otomatis akan lekat dalam memori otak. Berbeda jika sesuatu kita dapat hanya dari kata teman atau cerita. Itu adalah pengalaman pinjaman.

Begitulah mengapa suporter bola banyak yang menyalahkan pemain ketika di depan gawang sang pemain tidak bisa memasukkan bolanya, dari pada bergumam sendiri cobalah sedikit berfikir mengapa bisa demikian?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa perkembangan anak pubertas

Arti dan perbedaan lambang Koperasi Indonesia

Honda Gold Wing F6B Canada 2015