Hubungan manusia dengan makhluk lainnya

Yang dimaksud Hubungan manusia dengan makhluk lainnya adalah hubungannya dengan makhluk halus seperti malaikat dan jin. Malaikat, jin dan manusia adalah makhluk Allah, mereka mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada-Nya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkanNya untuk masing-masing makhluk tersebut.

Sesudah Allah menciptakan Adam (manusia), Allah memerintahkan agar malaikat dan jin sujud kepada Adam. Dengan demikian manusia pada dasarnya lebih tinggi kedudukannya daripada malaikat dan jin. Malaikat sujud kepada Adam, tetapi iblis menurut sebagian ulama adalah masuk golongan jin, tidak mau mematuhi perintah Allah untuk sujud kepada Adam.

Mengapa? Karena mereka iri hati terhadap kedudukan tinggi yang diberikan kepada manusia itu. Kemudian iblis bertekad untuk menjatuhkan kedudukan manusia dengan jalan menggodanya. Sifat menggoda ini menurut sebagian ulama dinamakan syaitan (setan) Sifat syaitaniyah ini bisa dimiliki oleh jin dan manusia itu sendiri.

Manusia wajib beriman akan adanya makhluk Alah seperti malaikat dan jin, tetapi tidak diwajibkan mengabdi kepada keduanya, karena pengabdian manusia wajib diperuntukkan hanya kepada Allah SWT. Kekuatan godaan setan hanyalah merupakan bisikan-bisikan janji belaka yang akan diingkarinya. Agar terhindar dari godaan setan ini, manusia hendaklah mendekatkan diri kepada Allah dengan memohon perlindunganNya.

Manusia diberikan akal fikiran. Namun demikian, meskipun ia diberikan kelebihan, manusia tetap mempunyai keterikatan dengan alamnya. Ia tidak bisa melepaskan diri dari hukum alam secara fisik. Keterikatannya pada hukum alam yang berkenaan dengan ruang dan waktu dapat dilihat pada fisiknya yang dari kecil kemudian membesar, tua, dan mati.

Tetapi, sebagai khalifah Allah di muka bumi, meskipun ia tetap terikat pada peraturan alam (sunnatullah), Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan alam ini, sesuai dengan firman Allah dalam surat Luqman ayat 20 sebagai berikut:

Arti Surat Luqman ayat 20 adalah sebagai berikut:
"Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan".

Begitu pula dalam firman-Nya dalam Surat Hud ayat 61 sebagai berikut:

Arti Surat Hud ayat 61 sebagai berikut:
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)".

Dua firman Allah di atas menjelaskan bahwa memang alam ini diciptakan untuk manusia dan bahkan diperintahkan untuk memakmurkannya. Di samping itu Allah juga memberikan kebebasan pada manusia untuk memanfaatkan alam ini dengan sebaik-baiknya.

Dalam memanfaatkan alam ini, manusia tidak bisa terlepas dari peraturan-peraturan alam yang ada. Kebebasannya mesti disesuaikan dengan peraturan-peraturan tersebut. Seperti halnya kita lihat sekarang ini, dunia dipergunakan bukan untuk kepentingan kemanusiaan, tetapi untuk memenuhi ambisinya masing-masing dan kepentingannya sendiri-sendiri. Dalam sikap mereka bukan lagi azas manfaat yang terdapat melainkan keinginan saling menghancurkan, saling membunuh untuk memenuhi hawa nafsu yang ada dalam dirinya.

Keteraturan dan keseimbangan alam yang ada dengan sendirinya akan rusak karena ulah mereka. Sesuai dengan janji Allah dalam surat Al-Mu'minun ayat 71 sebagai berikut:

Arti surat Al-Mu'minun ayat 71 sebagai berikut:
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.

Dari sini maka jelaslah bahwa ajaran Islam sudah mempersiapkan manusia untuk menghadapi alam, yang dimaksudkan untuk kemaslahan manusia itu sendiri di dunia. Keseimbangan dan keserasian itu perlu selalu dijaga agar tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap manusia itu sendiri maupun alam lingkungan yang didiaminya.

Meskipun manusia mempunyai kemerdekaan dalam mencari rezekinya, tetapi ia tetap terikat akan sunnatullah. Oleh sebab itu Allah memberikan ajaran agama yang dimaksudkan untuk mengatur arti kemerdekaan manusia dalam tingkah lakunya sehari-hari.

Kemerdekaan yang salah diartikan, termasuk kemerdekaan dalam menggunakan dan memanfaatkan dalam akan menyebabkan kehancuran bagi umat manusia itu sendiri. Hal itulah yang makin menyadarkan manusia manusia, betapa pentingnya syariat agama yang berkenaan dengan pemanfaatan dan pelestarian alam, yang sekaligus juga mengatur sikap hidup manusia dalam berhubungan dengan makhluk lain yang ada di permukaan bumi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti dan perbedaan lambang Koperasi Indonesia

Three yellow box

Notasi Ayak-ayakan Pamungkas Pelog Barang