Hubungan manusia dengan Allah

Hubungan manusia dengan Allah - Hubungan ini dapat dikatakan sebagai hubungan antara makhluk dengan khaliqnya, atau hubungan antara yang diciptakan dengan penciptanya. Bentuk hubungan tersebut dapat dilihat dari firman Allah yang berbunyi:

Arti dari az-Zariat ayat 56, adalah sebagai berikut:

"dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku".

Dari ayat tersebut di atas dapatlah dipastikan, bahwa manusia diciptakan hanya untuk berbakti kepada Allah.

Untuk memberi petunjuk kepada manusia mengenai cara-cara mengabdi yang diingatkan oleh Allah maka Ia mengutus para Nabi yang menjelaskan tentang masalah-masalah pengabdian ini. Dalam agama Islam, penjelasan ini tertuang dalam kumpulan firman Allah, yang disebut dalam Al Quran. Disamping itu, ada pula penjelasan-penjelasan yang lebih terperinci yang diberikan oleh Nabi Muhammad mengenai tata cara pengabdian ini, misalnya tata cara shalat dan lain-lain.

Penjelasan yang diberikan oleh Nabi disebut Sunnah atau hadits. Sunnah atau hadits bisa berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan Nabi atas satu perkara.

Dua hal pokok tersebut di atas, yaitu Al Quran dan sunnah menjadi pedoman pokok manusia baik untuk berhubungan dengan penciptanya, sesama manusia ataupun dengan makhluk lainnya yang ada di alam raya ini.

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa hubungan manusia dengan Allah disebut sebagai pengabdian. Untuk mengabdi ini dijelaskan oleh Nabi Muhammad atas perintah Allah mengenai tata caranya, seperti shalat, puasa, zakat, dan lain-lain.

Pengabdian manusia tidaklah untuk kepentingan Allah, karena Allah tidak menghajatkan kepada yang lain. Pengabdian ini dimaksudkan untuk mengembalikan manusia kepada asal penciptanya, yaitu fitrah atau suci dan kehidupannya di dunia ini diridoi oleh Allah SWT.

Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) karena ruhnya berasal dari Yang Maha Suci. Tetapi kemudian kehidupannya di dunia yang menyebabkan kesuciannya itu tercemar dengan kotoran-kotoran dosa yang dilakukan baik sengaja ataupun tidak.

Untuk dapat kembali kepada Penciptanya dalam keadaan suci maka diperlukan pembersihnya. Manusia karena keterbatasan akal fikirannya tentu saja tidak dapat menemukan pembersihan tersebut. Oleh sebab itulah maka Allah kemudian memberi petunjuk melalui wahyu-Nya yang disampaikan kepada utusan-utusan-Nya. Petunjuk inilah yang kemudian memerintahkan kepada manusia untuk mengabdi sebagai jalan menuju kesucian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti dan perbedaan lambang Koperasi Indonesia

Three yellow box

Notasi Ayak-ayakan Pamungkas Pelog Barang