Penambang belerang di Gunung Welirang, Pasuruan, Jawa Timur

Penambang belerang di Gunung Welirang, Pasuruan, Jawa Timur - Umumnya orang berladang di dataran rendah. Namun di Jawa Timur ada tempat orang mencari nafkah di puncak gunung. Ladangnya memang tidak ditanami padi, tetapi digali untuk diambili belerangnya. Itulah Kawang Gunung Welirang dan Kawah Gunung Ijen yang menghasilkan belerang banyak sekali dan menjadi ladang hidup ratusan orang.

Gunung Welirang terletak di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan berketinggian 3.156 meter dpl. Setiap hari puluhan pencari belerang naik turun gunung menambang belerang. Dari koperasi tempat penampungan belerang ke bawah jaraknya 16 km dan medannya berat.

Karena jaraknya jauh, di tengah gunung ada tempat penampungan belerang sementara sebelum di bawah turun ke koperasi. Dari tempat penampungan belerang sementara ke kawah jaraknya sekitar 5 km.

Mereka yang hidup dari belerang di Gunung Welirang terbagi dua, yaitu pemilik tambang dan buruh angkut. Kawah Gunung Welirang itu terbagi dalam dapur-dapur penghasil belerang yang dapat dimiliki individu.

Pemilik dapur belerang bisa menambang belerang sesukanya, sering pula mempekerjakan buruh dengan pembagian 2:1. Buruh mengambil belerang di dapur-dapur belerang kemudian membawanya ke pusat penampungan di tengah gunung dengan harga relatif murah. Setiap buruh rata-rata mampu mengangkut 50 - 70 kg sekali jalan.

Untuk mengambil belerang orang harus berperang melawan asap yang menyesakkan nafas. Bernafasnya harus menggunakan mulut, bukan hidung. Jika pakai hidung dada cepat sesak. Akibatnya hampir seluruh pencari belerang di situ giginya keropos. Bajunya juga mudah rusak, karena belerang menghancurkan kain.

Kehidupan pencari belerang di Kawah Ijen (2.800 m) di ujung timur Jawa Timur, sama saja dengan di Gunung Welirang. Pencari belerang harus berjalan 20 km ke kawah dan membawanya turun lagi. Kalu Ijen tidak ada dapur-dapur belerang yang dimiliki individu. Kawah Gunung Ijen sangat luas dan untuk mengambil belerang harus turun ke dasar kawah yang dalamnya kurang lebih 300 m.

Jika kawah sedang mengeluarkan asap tebal, di bibir kawah dipasangi bendera tanda di larang turun, karena berbahaya. Jika Gunung Welirang selalu tenang, maka pencari belerang di Kawah Ijen harus menghadapi bahaya lain, yaitu seringnya ada gempa di sekitar kawah. Namun, selama ini tidak pernah ada korban jiwa akibat gempa, karena gempanya memang ringan-ringan saja.

Kesamaan pencari belerang di Gunung Welirang dengan Gunung Ijen, sama-sama banyak yang ompong giginya. Kemampuan membawa belerang dan harga perkilogramnnya juga sama. Tak setiap hari pencari belerang di kedua gunung itu pergi menambang belerang. Medannya yang berat membuat mereka hanya mampu tiga atau empat kali bekerja naik turun gunung dalam seminggu.

Sebagai tambang belerang, Kawah Ijen telah dimanfaatkan sejak zaman kolonial. Belerang penting untuk yodium, korek api, gula dan lain-lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti dan perbedaan lambang Koperasi Indonesia

Three yellow box

Notasi Ayak-ayakan Pamungkas Pelog Barang