Naik sado di pantai Parangtritis

Naik sado sebenarnya bukan barang aneh, meskipun kendaraan tradisional yang bebas polusi ini mulai tersingkir di kota-kota besar. Namun, ketika berkunjung ke Pantai Parangtritis atau yang populer disebut Paris, obyek wisata pantai ini banyak sekali sado berkeliaran di atas pasir pantai.

Sekali-kali terdengar bunyi busik yang dipasang di sado berjalan tersebut. Semula, kami mengira suara tersebut berasal dari tap recorder yang dibawah wisatawan. Ternyata suara itu berasal dari beberapa sado yang bolek-balik mengangkut penumpang, lengkap dengan tape yang menyuarakan lagu-lagu rock.

Tape diletakkan di kotak bagian belakang sado. Hal tersebut mengingatkan pada VW Kodok yang mesinnya di belakang. "Mau lagu apa juga ada Mas. Dari dangdut, pop, sampai rock," kata Sang Kusir. Agar musik tetap bisa mengalun, tiap tiga hari sekali si kusir harus menyetrum akinya.

Menurut sang kusir, ci sana beroperasi tidak kurang dari 52 buah sado. Namun, yang pakai tape hanya ada beberapa saja. Hal ini mungkin salah satu kiat untuk bersaing menarik minat penumpang.

Semua sado yang beroperasi di Parangtritis ternyata tergabung dalam koperasi dan tiap bulan dikenai iuran wajib untuk pemerintah daerah.

Hal unik lainyya karena kra penarik sado itu bisa seenaknya buang bom di sepanjang pantai, maka ada penjinak bom yang tugasnya memunguti tinja kuda yang ditumpahkan dari karung penampungan ke atas pasir. Untuk pekerjaanny itu sang petugas menerima imbalan tertentu setiap bulannya.

Pergi ke pantai Parangtritis? Rugi rasanya jika tidak berkeliling pantai tanpa naik sado atau dokar. Selamat berwisata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti dan perbedaan lambang Koperasi Indonesia

Three yellow box

Notasi Ayak-ayakan Pamungkas Pelog Barang