Bonsai lambang keharmonisan semesta

Bonsai lambang keharmonisan semesta - Bonsai pada hakikatnya bukan sekadar miniatur dari sebuah pohon besar yang berumur tua. Tanaman ini merupakan jagat cilik, atau gambaran alam yang disempurnakan. Alam memiliki unsur semesta langit (Tuhan), bumi tempat berpijak, dan manusia.


Ketiga unsur tersebut tercermin pada sosok bonsai dalam bentuk segitiga asimetris, yaitu titik tertinggi (puncak batang) merupakan lambang langit; titik terendah (ujung cabang terbawah) merupakan lambang bumi; dan titik tengah (ujung cabang tengah) merupakan lambang manusia. Jadi, bonsai juga berarti lambang keharmonisan semesta.


Bonsai yang bagus dan indah harus memiliki unsur kepribadian, keindahan, keharmonisan dan keagungan. Ketiga unsur tersebut harus menyatu, sehingga pada sosok bonsai akan muncul gambaran pohon aslinya.


Pohon yang besar dengan bentuk batang dan kulit yang pecah-pecah serta jalaran akar yang kuat sekali. Nilai sebuah bonsai tidak hanya ditentukan oleh bentuknya (keindahan) saja, tetapi juga jenis tanaman. Bentuk yang kurang bagus tetapi berasal dari tanaman yang langka, orang akan berani membelinya dengan harga mahal.


Faktor kenampakan juga sangat mempengaruhi nilai sebuah bonsai. Misalnya, bonsai yang umurnya belum tua betul tetapi nampak seperti sudah tua, akan lebih dihargai daripada yang berumur tua tetapi nampak muda.



Berbagai bentuk bonsai


Macam-macam bentuk bonsai yang ada sekarang ini umumnya masih diilhami oleh bentuk pohon yang ada di alam. Dari bentuk alam tersebut bisa muncul beraneka ragam gaya atau bentuk dasar sebuah bonsai.


Ada bonsai yang tumbuh tegak lurus (formal upright). Ada pula yang bergaya tegak tetapi tidak lurus (informal upright), alias berlekuk-lekuk. Gaya informal ini merupakan gaya yang banyak terdapat di alam dan pernah paling populer.


Ada lagi bonsai yang tumbuh miring (slanting), setengah menggantung (semi cascade), mengacu pada pohon yang tumbuh di tepi sungai, atau menggantung (cascade) seperti pohon yang tumbuh menggantung di tebing yang curam.


Dari bentuk-bentuk dasar itu akan muncul variasi lain lagi. Misalnya, bonsai yang seakan-akan tumbuh di pantai tertiup angin dari satu arah secara terus-menerus, sehingga dikenal bonsai gaya tertiup angin.


Ada juga boncai yang menggambarkan pohon yang tumbuh di atas batu, yang disebut gaya tumbuh di atas batu, Ada pula bonsai dengan gaya seolah-olah seperti batang mati. Gaya ini diilhami oleh sejenis pohon cemara yang tertiup angin, sehingga kulitnya terkelupas dan nampak batangnya seperti tulang.


Dari jumlah batangnya pun bonsai banyak variasinya. Ada yang berbatang tunggal, dua, tiga, lima, tujuh, berbatang sembilan dan seterusnya. Jumlahnya selalu ganjil. Mengapa? Dari keterangan para penggemar bonsai mengatakan bahwa genap itu kurang baik, kecuali yang dua.


Alasannya, jika genap cenderung simetris. Sedangkan jika ganjil tidak mungkin simetris. Di situ keindahannya. Bentuk bonsai itu pun biasanya ada maknanya. Bonsai berbatang dua misalnya, bisa menggambarkan suami dan istri, atau misalnya bisa menggambarkan suami dan istri, atau bapak dan anak.


Demikian juga dengan bonsai yang berbentuk seperti hutan, menggambarkan sebuah hutan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti dan perbedaan lambang Koperasi Indonesia

Three yellow box

Notasi Ayak-ayakan Pamungkas Pelog Barang