Saat keinginan kita mengalami kegagalan
Saat keinginan kita mengalami kegagalan. Tiga hal yang menjadi ganjalan hati seorang hamba dengan Kholiqnya, yaitu saat permohonannya kepada Allah dirasakan tidak pernah direspon, saat segala sesuatu yang dikerjakannya selalu mengalami kegagalan, dan saat tahu bahwa kegagalannya dianggap murni merupakan kesalahannya, bukan merupakan campur tangan Allah.
Menurut QS 2;2 tidak ada keraguan sedikitpun tentang kandungan Al-Qur'an, artinya ragupun tidak ada, dengan lain perkataan, semua firman Allah benar adanya. Pada QS 2;147. Kebenaran itu dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. Meyakini semua ini merupakan salah satu rukun iman.
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri ,dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) Lihat QS :42;30. Sesungguhnya Allah tidak berbuat Zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. Lihat QS 10;44.
Dari ayat-ayat tersebut di atas kita dapat berkesimpulan bahwa Allah tidak pernah secara sengala inginmengacaukan atau menghalang-halangi rencana manusia menuju kesuksesan. Setiap kegagalan adalah buah ketidakcermatan manusia dalam bekerja, dan bukannya Allah berbuat zalim. Istilah manajemennya, kegagalan disebabkan karena kurang profesional dalam bekerja. Benarkah demikian?
Thomas Alfa Edison penemu lampu bola pijar pertama, sebelum sampai pada karya monumentalnya, terlebih dahulu mengalami kegagalan sekitar 500 kali. Penemu formula masakan cepat saji KFC, sebelum menjadi masakan yang dikenal di seluruh dunia, di negerinya sendiri setidaknya 99 kali mengalami penolakan saat formulanya ditawarkan ke berbagai rumah makan (restaurant) di USA sana.
Saat sebuah perusahaan besar AS memasarkan produknya ke pasar dan mendapatkan hasil yang kurang menggembirakan, tim pemasarannya segera melakukan rapat evaluasi, melakukan berbagai analisa dan perbaikan menyeluruh atas setiap kekurangan yang mungkin jadi faktor penyebab kegagalan tersebut. Bagi mereka tidak perduli berapa puluh kali harus jatuh, tapi kemampuan untuk bangkit kembali menjadi lebih penting bagi siapapun.
Negeri Matahari setelah kekalahan pada perang dunia ke-2, segera menggenjot para ilmuwannya untuk bekerja keras dan lebih keras lagi, sehingga kini negeri itu menjadi negara yang memiliki teknologi yang tidak kalah dengan negara penakluknya AS. Langkah jitu ini diikuti oleh negara Korea Selatan yang kini menjadi sangat maju dalam berbagai bidang, misalnya bidang otomotif, informasi, industri dsb.
Mereka adalah tipe manusia-manusia yang selalu mampu bangun setiap kali gagal dan terjatuh. Melakukan evaluasi, perbaikan dan kembali bekerja lebih keras lagi, merupakan prinsip mereka dalam berkarya. Allah malu bila untuk kegigihan seperti itu tidak diberi ganjaran sukses. Ini sebuah sunatullah lain.
Siapa yang sungguh-sungguh, siap bekerja keras, siap melakukan evaluasi atas kegagalan yang telah terjadi, maka dia berhak atas kesusksesan. Sekalipun untuk itu mereka tidak pernah memohon kepada Allah. Allah dengan ke Maha Adil dan Maha PemberiNya tetap memberi, kesuksesan sekalipun mereka bukan kaum muslimin. Sebaliknya sekalipun kaum muslimin rajin berdoa, tapi malas bekerja, mudah patah semangat, apalagi bila berdoanyapun hanya sekali dan tidak yakin pula.
Demi menegakkan ke Maha Adilan-Nya dan dengan berat hati terpaksa apa yang dimohon muslim itu dibiarkan gagal. Jelas sudah saat doa atau keinginan kita gagal terwujud, bukan karena Allah tidak sayang pada kita. Murni kesalahan kita.
Kesungguhan kita layak dipertanyakan, atau usaha kita mungkin kurang memadai, atau kita tidak pernah merencanakannya secara matang, dan yang paling sering, kita belum apa-apa sudah merasa tidak yakin akan dikabulkan Allah. Allah tidak memiliki kepentingan apapun atas hambaNya, dengan membedakan satu dengan yang lainnya. Allah tidak mungkin mengasihi si fulan lebih dari si fulano. Bila demikian, sama artinya perasaan Allah ikut bermain pada ciptaan-Nya sendiri. Maha Suci Allah darl hal yang demikian.
Satu-satunya parameter yang kita tahu membedakan kasih sayangNya adalah ketaqwaan seseorang, agar meraih cinta kasih Allah, dan inipun berlaku bagi semua muslim. Hal lain yang dapat menambah keyakinan argumentasi di atas adalah, seringnya Allah menjanjikan sorga bagi siapapun yang beriman dan beramal sholeh. Kita tahu sorga merupakan salah satu karunia terbesar Allah bagi kita para hamba-hambaNya. Bahkan Allah terkesan mengobral. Dunia beserta isinya dalam sebuah hadist disebutkan memiliki bobot tidak lebih dari seekor bangkai nyamuk.
Hampir tak berharga, nyaris tak memiliki nilai apapun.Karenanya Allah tidak begitu 'bergairah' menjanjikan kenikmatan dunia kepada para hambaNya. Dulu saat HM Suharto berkuasa, bila ada seorang calon gubernur yang favorit gagal mencapai kedudukannya, orang dengan mudah menduga bahwa keluarga cendana berada dibalik semua itu.
Saat terjadi mutasi besar-besaran di tubuh ABRI yang lebih menguntungkan kelompok tertentu, orang pun akan menuding kearah Suharto. Saat terjadi penembakan misterius kepada para gelandangan lagi-lagi Suharto sebagai terdakwa. Saat seorang menteri mengalami kegagalan dan tidak mau turun, Suhartopun dituding yang memintanya.
Saat ekonomi negeri ini mengalami zaman keemasan sehingga sempat dijuluki macan Asia ke-4, Suharto juga yang memetik nama baik. Saat terjadi chaos beberapa tahun yang lalu dan mengakibatkan turunnya ia dari
kursi kepresidenan orang tetap saja menduga bahwa chaos itu Suharto juga yang membuatnya.
Kesimpulan :
Kekuasan yang demikian besar bila dipegang oleh seseorang, mengakibatkan segala keberhasilan maupun kegagalan merupakan buah dari kreativitasnya. Tidak sedikit oknum-oknum tertentu mengaku sebagai wakil cendana, untuk memuluskan rencana bisnisnya. Peristiwa berdarah Tanjong Priok diyakini bukan merupakan ide Suharto. Tetapi pangab saat itu yang justru ingin menjatuhkan wibawa Suharto di mata dunia internasional. Kalau seorang Suharto saja bisa menjadi muara dari segala tuduhan atas apa yang terjadi di Indonesia pada masa lalu, maka bagaimana dengan Allah yang memiliki kekuasaan tanpa batas?
Setiap keberhasilan seorang ataupun kegagalannya akan dengan mudah menggiring manusia pada dugaan bahwa ini murni basil kerja Allah. Benarkah demikian? Manusia satusatunya makhluk yang diberi kebebasan untuk bertindak, berdasarkan keinginannya sendiri. Allah sudah memiliki malaikat yang ditakdirkan penurut dan iblis yang pembangkang. Allah melarang manusia bunuh diri, tapi bila ybs memaksa terjun dari lantai 19 sebuah apartement Allah tidak akan melarang.
Tidak mungkin manusia ditakdirkan menjadi pembunuh, padahal DIA menganjurkan manusia menjadi makhluk yang penuh welas asih. Mungkin saja seseorang ditakdirkan mati terbunuh, tapi niat baik atau buruk yang membedakannya masuk surga atau masuk neraka. Misal, ia ketempat itu untuk memenuhi undangan lalu terbunuh, berati matinya dalam niat yang baik. Atau ia datang ketempat itu dengan niat melakukan kerja sama makar dan ditembak oleh orang-orang yang tidak menyukainya, berati la mati dalam kemaksiatan.
Niat baik atau niat buruk benar-benar kebebasan yang Allah berikan kepada manusia. Sekalipun setiap kegagalan yang dialami manusia murni merupakan kesalahannya sendiri, Allah cukup bermurah hati bila manusia itu mau bersabar. Allah siapkan reward atas kesabarannya menghadapi kegagalan. Dosanya diampuni, pahala disiapkan, jalan keluar dihamparkan baginya.
Kejadian ini tidak ada bedanya dengan sikap seorang anak yang bersabar dan tidak mempersalahkan orangtuanya karena kegagalannya mendapatkan nilai raport yang baik. Orangtua dengan kasih sayangnya akan menghibur sang anak dan memberinya hadiah dan semangat untuk bangkit kembali. Kalaupun sang anak mempersalahkan mereka, karena orangtua karena gagal mendidiknya, orangtua tetaplah orangtua yang akan selalu menyayangi para anaknya.
Kesimpulan:
Kegagalan seseorang meraih apa yang diinginkan, bukan karena doanya tidak dikabulkan, 100% merupakan kesalahannya sendiri. Allah dengan ke Maha AdilanNya membiarkan siapa yang sungguh-sungguh akan berhasil, dan yang tidak serius akan menemui kegagalan. Tetapi kalau yang bersangkutan ikhlas dan sabar menerima kegagalan itu, Allah akan memberinya kompensasi.
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah (atom), dan jika ada kebajikan sebesar zarrah Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar (QS 4:40) Firman Allah yang senada dapat dilihat pada QS 10;44. Uraian-uraian seperti di atas sebelum ini telah dipaparkan entah sudah berapa ratus kali oleh orang lain, akan tetapi tidak serta merta kita lantas menjadi bersemangat mengamalkannya. Prasangka buruk serta ketidak siapan kerja keras merupakan problema yang selalu menghantui kita.
Komentar
Posting Komentar