Mari kita raih akhir yang baik dengan dzikrullah

Mari kita raih akhir yang baik dengan dzikrullah. Ada beberapa kondisi kejiwaan seseorang di mana yang bersangkutan akan kehilangan kontrol terhadap kinerja pikirannya. Bahasa ilmiah kondisi kejiwaan yang dimaksud adalah level gelombang otak. Kondisi-kondisi kejiwaan tersebut antara lain adalah saat : seseorang sedang stress berat, sakit yang luar biasa, lapar luar biasa, letih luar biasa, pingsan, marah, gila alias terganggu pikiran atau jiwanya.


Dalam situasi semacam itu akal pikiran benar-benar tidak berfungsi secara normal. Saat seseorang sedang mengalami ketegangan luar biasa, maka soal ujian yang sederhanapun tidak mampu dia jawab.


Saat ujian telah berakhir (keluar ruangan ujian), dengan mudahnya dia menemukan jawabannya. Beberapa waktu lalu ada lomba sentuh mobil (touch the car). Siapa yang paling lama menyentuh mobil tersebut akan mendapat hadiah yang berlimpah. Setelah melewati 2 hari 2 malam, 4 orang finalis sudah mulai mengalami halusinasi.


Mereka seakan-akan mengalami kejadian tertentu. Misal, ada seseorang yang memberi mereka bunga, atau ada yang melihat hantu. Kenyataan yang ada mereka sedang berusaha mempertahankan pegangan pada mobil dan mencoba mempertahankan kesadaran yang mereka miliki. Tidak dapat dipungkiri manusia saat mengalami keletihan luar biasa (misalnya karena kurang tidur) akan kehilangan kontrol atas dirinya. Akal pikiran tidak lagi berfungsi.


Kakak seorang teman saya suatu hari harus menjalani operasi hemorid kalau kotoran manusia (maaf )yang sudah sedemikian lembek dan halus saja sudah dapat membuat anus kita berdarah-darah, apalagi jika pembuluh darah tersebut dipotong.


Tentu saja sakitnya bukan main. Saat proses pembedahan dilakukan, dari mulut sang kakak tadi keluar dan berhamburan kata-kata kasar bergantian dengan keluarnya nama-nama hewan. Dalam kondisi normal, apa yang dikatakannya dapat membuatnya berurusan dengan polisi. Dalam kondisi demikian yang tidak sadar dengan apa yang diucapkannya.


Hal yang sama dapat menimpa orang yang sudah sangat lapar. Dia akan tampil beringas dan ganas. Akal sehatnya sudah lenyap. Begitulah seterusnya. Kondisi lainnya seperti marah dan hilang ingatan akan berakibat pada tidak berfungsinya akal pikiran secara normal. Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, saat akal tidak lagi mampu bekerja secara normal, secara otomatis ITB akan mengambil alih tugas tersebut. Saat seorang tidak sadarkan diri, yang menggerakkan jantung untuk tetap berdenyut adalah ITB.


Rasulullah Muhammad SAW bersabda, bahwa saat ajal menjemput, seseorang  akan mengalami rasa sakit yang luar biasa. Dengan demikian, itulah saat-saat kritis bagi seorang manusia. jika ITBnya berisi program-program tentang ketauhi dan dan kemullaan akhlak, maka walau  akal pikirannya tidak lagi berfungsi, yang meluncur dari mulutnya adalah kalimat-kalimat tahlil ataupun tahmid.


Jika sepanjang hidupnya seseorang jarang sekali menyebut-nyebut asma Allah atau kalimat tauhid, hampir dapat dipastikan, ia tidak akan dapat mengucapkan kalimat Laa Ilaha Illallah walau saat kesadarannya utuh ia bertekad akan mencoba mencurl kesempatan, sehingga saat ajal menjelang ia berharap bisa mengucapkan kalimat indah tersebut. Itu adalah rencana akal pikirannya.


Dan saat ajal menjelang, rasa sakit yang luar biasa bukan saja akan melumpuhkan rencana akal di atas, bahkan eksistensi akal sendiri boleh dikatakan lenyap. Jadi bagaimana mungkin kalimat tauhid tersebut dapat di ucapkan, kesadarannya sendiri telah lenyap.


Satu-satunya keajaiban yang mungkin adalah bantuan langsung dari Yang Maha Pemurah. Tanpa Dia mustahil adanya. Sebaliknya bila selama hidupnya yang bersangkutan membiasakan diri dengan dzikir kepada Allah, maka Insya Allah ucapan kalimat indah itu pada napas terakhirnya menjadi sebuah keniscayaan. Dan Allah Maha Adil. Setiap manusia akan memetik buah karyanya sendiri.


Siapapun dapat meraih akhir yang baik asal membiasakan dzikir kepada Allah. Tidak ada pilih kasih. Jika selama hidupnya yang diburu hanya harta dan harta, kekuasaan dan kekuasaan, maka menjelang kepergiannya harta dan kekuasaanlah yang selalu disebut-sebut dan diingat. Dan bukan kalimat tauhid sebagaimana yang mungkin dia rencanakan saat akal pikirannya masih berfungsi normal.


Kini secara ilmiah fenomena di atas dapat diuraikan secara gamblang. Kini menjadi jelas betapa rencana dan sistem Allah tidak mungkin diakali oleh seorang profesor pun. Sayang, masih cukup banyak manusia yang lebih yakin kepada akal pikirannya dari pada petunjuk TuhanNya.


Jika akal pikiran ini terlalu diforsir hanya untuk memikirkan bisnis, proyek besar, bagaimana memperbesar deposito, bagaimana membuat perusahaan baru kalau perlu tabrak sana tabrak sini, sogok sana sogok sini. Kalau pikiran ini hanya dipacu bagaimana merenovasi rumah mewahnya, bagaimana mengganti mobil mewahnya dengan mobil sejenis keluaran mutakhir.


Kalau selama hidupnya akal digunakan dan hanya digunakan untuk memikirkan bagaimana mengumbar nafsu seksual, bagaimana menghambur-hamburkan kekayaan yang diperolehnya. Kalau selama hidupnya ia seakan lupa bahwa ia memiliki Tuhan, bahwa ia memiliki saudara yang butuh bantuannya, bahwa ia punya tanggung jawab terhadap keluarga, bahwa ia perlu meluangkan waktu secara berkala untuk menghaturkan puji syukur kepadaNya. Dan itu tidak dilakukannya, bagaimana saat kematiannya tiba ia begitu berharap dapat mengucapkan kalimat tauhid. Menyedihkan bukan? Marilah kita perbanyak ingat dan ingat kepada Allah.


Resapi dengan penuh penghayatan, kalau perlu sampai tubuh ini berguncang, kalau perlu hingga air mata bercucuran, kalau perlu sampai badan ini tersungkur luluh ke lantai. Semuanya demi menghadirkan kebesaran Allah, kemuliaanNya di dalam kalbu kita. Semuanya demi merasakan betapa Dia sungguh-sungguh ada dan penuh perhatian dan sangat penyayang kepada kita. Semoga akhir kehidupan kita berujung dengan akhir yang balk, yaitu khusnul khotimah. Amin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti dan perbedaan lambang Koperasi Indonesia

Three yellow box

Notasi Ayak-ayakan Pamungkas Pelog Barang