Tentang Prabu Baladewa

Tentang Prabu Baladewa. Prabu Baladewa adalah putra Prabu Basudewa, raja Mandura dengan permaisurinya Dewi Rukmini putri Resi Kaiwata (Kawita) di padepokan Mahendragiri.


Prabu Baladewa ketika masih muda bernama Kakrasana. Nama Baladewa merupakan nama pemberian Batara Guru ketika Raden Kakarasana berhasil membinasakan raja raksasa dari kerajaan Renggabumi yang menyerang kahyangan Suralaya.


Ia mendapat anugerah pakaian (busana kanarendran), pusaka Alugara dan Neggala dari Batara Brahma, mendapat kendaraan Gajah Puspadenta dari Sanghyang Indra dan menaklukkan gajah Yudaketi, mahapatih Renggabumi yang kemudian menjadi kendaraannya Prabu Baladewa.


Prabu Baladewa menggantikan tahta ayahnya setelah ia membinasakan raja Sengkapura Dewi Maerah dengan Prabu Gorawangsa bernama Jaka Maruta atau Prabu Basuwarakangsa.


Nama lain Prabu Baladewa yaitu Balarama, yang merupakan nama aji kesaktiannya pemberian Batara Narada. Dengan Aji Balarama, Prabu Baladewa dapat terbang bila dalam keadaan sangat mendesak dan sangat terpaksa.


Halayuda, Karsana, Kakrasana, Kusumawalikita. Bentuk/wanda wayangnya Sembada, Banteng, Geger, Kontap yang menggambarkan Prabu Baladewa sangat keras dan disiplin. Ia pantang mendengar tantangan orang lain.


Prabu Baladewa mempunyai seorang permaisuri bernama Dewi Erawati (Barawati) putri Prabu Salya, raja negara Mandaraka. Perkawinan ini tidak menurunkan putera, namun Baladewa mempunyai seorang putra angkat pemberian Sri Kresna bernama Raden Wisata.


Hubungan Baladewa dengan Prabu Duryudana raja Astina sangat erat, karena keduanya adalah sama-sama menantu Mandaraka. Kebaikan hati ini kadang-kadang dimanfaatkan Duryudana untuk melampiaskan ambisi jahatnya dalam hal ingin menjatuhkan bahkan melenyapkan Pandawa.


Dalam lakon-lakon carangan, banyak terjadi Prabu Baladewa terpengaruh oleh rekayasa politik Duryudana sehingga ia bertindak lepas kontrol, misalnya dalam lakon Parta Krama, Baladewa tega akan membunuh Werkudara hanya disebabkan salah faham. Prabu Baladewa juga pernah ditunjuk menjadi perantara perkawinan Lesmana Mandrakumara (Putra Duryudana), tetapi selalu gagal.


Dalam lakon Kresna Gugah, Prabu Baladewa benar-benar kena batunya dari kelicikan Sengkuni. Ketika itu Sri Kresna bertapa tidur di Balai Makambang dengan berubah wujud menjadi Balasewu. Barang siapa yang berhasil membangunkan Sri Kresna, maka dialah yang akan keluar sebagai pemenang dalam perang Bharatayuda nanti.


Patih Sengkuni mempengaruhi Prabu Duryudana agar meminta tolong Prabu Baladewa didalam tugas membangunkan Sri Kresna yang berwujud raksasa itu tinggal badan jasmaninya, sedangkan badan rohaninya atau atmanya telah pergi ke kahyangan menyelidiki rencana dewa dalam penyusunan skenario Bharatayuda.


Setelah Prabu Baladewa gagal membangunkan Sri Kresna dan ia mendengar kabar bahwa yang dapat membangunkannya adalah Pandawa, ia sangat marah. Ia mengancam akan membinasakan Pandawa dengan senjata Nenggala. Tetapi kemarahan raja Mandura ini dapat disiasati oleh Sri Kresna. Pusaka Nenggala menancap tanah dan tak dapat diambil, maka Sri Kresna memberi tahu agar Prabu Baladewa menyadari kekeliruannya dalam bersikap, bertindak dan dalam mengambil keputusan.


Selanjutnya sabagai tebusan atas segala keputusannya yang salah itu, Prabu Baladewa diharuskan bertapa di Grojokan Sewu. Kemudian ia pun mengikuti petunjuk adiknya itu dan berangkat ke Grojokan Sewu diikuti putra Sri Kresna yaitu Raden Setyaka.


Ia kemudian lebih dikenal dengan sebutan Resi Curiganata dan bertapa di Grojokan Sewu selama Perang Bharatayuda terjadi. Sehingga Prabu Baladewa sengaja disingkirkan oleh Kresna agar tidak mencampuri urusan Kurawa dan Pandawa dalam perang tersebut.


Prabu Baladewa yang telah disebut Resi Curiganata dijemput cucu-cucu Pandawa, antara lain Sasikirana putra Gatutkaca, Danurwenda putra Antareja, Raden Dwara putra Samba, dan Sangasanga putra Setyaki setelah Bharatayuda selesai.


Resi Curiganata selanjutnya diangkat menjadi sesepuh dan penasehat spiritual Prabu Parikesit, raja Yawastina. akhir riwayat Baladewa diceritakan dalam lakon tumpasnya darah Yadawa, Wresni, dan Andaka. Ia muksa sebelum Anoman gugur atau setelah Pandawa dan Sri Kresna Muksa.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti dan perbedaan lambang Koperasi Indonesia

Three yellow box

Notasi Ayak-ayakan Pamungkas Pelog Barang