Tips menabuh saron bersama elektone

Tips menabuh saron bersama elektone. Menabuh saron/demung bisa di bilang mudah jika hanya dilihat dari sekedar menabuh. Tetapi menabuh sesuai dengan irama dan volume suara tertentu saya kira tidak semua orang bisa melakukannya. Irama gamelan Jawa berbeda dengan irama musik-musik elektrik yang menggunakan metronom tetap. Kendang berperan paling utama dalam permainan tempo. Seberapa irama, bagaimana irama, terasa lemah lembut, lamban, tegas, galak kesemuanya  tergantung si pengendang. Yang biasanya berhubungan erat dengan sifat dan perwatakan pemain kendang.

Tetapi, di sini akan sangat berbeda ketika kendang dibarengkan dengan elektone. Kendang tidak kuasa membuat irama sekehendak hati, ia hanya kuasa mengajak berpindah, memulai dan mengajak berhenti irama. Selanjutnya ia akan mengikuti seberapa metronom keyboard. Kompak dan tidaknya, tergantung kepekaan si player terhadap bahasa musikal yang di bunyikan kendang. He he.., pak dosen yang tahu lebih jauh.

Dalam dunia campursari, elektone biasanya hanya keyboard, kendang Jawa, dan kendang dangdut. Sedangkan campursari ringkes biasanya ditambahkan 2 saron dan terkadang ada yang ditambahkan demung. Mengapa ditambahkan saron atau demung? Karena dengan ditambahkannya alat musik gamelan tersebut, suara elektrik yang dihasilkan oleh style keyboard akan lebih ada penekanan suara jika dibarengkan. Jika si pembuat style pandai memixing suara keyboardnya, dari kejauhan terdengar layaknya campursari komplit.

Tips memainkan saron berbarengan dengan elektone

Karena saya pemain saron yang sering mengikuti campursai ringkes, pada artikel ini saya akan berbagi tips dan teknik bagaimana mengikuti irama style keyboard. Ini hanya dari pengalaman pribadi saya, jika mungkin ada rekan yang memiliki teknik berbeda tentu akan saya jadikan tambahan pengetahuan. Berikut tipsnya :

1. Letakkan emosi
Suara, volume suara, tempo, nada dan masih banyak lagi suara keyboard yang jauh dari layaknya karawitan. Keyboard hanyalah barang elektronik yang dirancang untuk menirukan suara gamelan. Selain itu, mayoritas player tidak paham bagaimana sebenarnya aturan memainkan gamelan (dalam bahasa karawitan disebut sekaran). Misalnya suara gender, bonang dan sebagainya.

Style yang mereka bangun bisa dibilang asal berbunyi atau mirip dengan suara gamelan. Bagi anda yang terbiasa karawitan saya yakin rasa yang ada di dalam akan menentang dan berontak. Tetapi, coba anda sedikit merenung. Bukankah kita main campursari, bukanlah karawitan?

Jika anda hati mampu memahami tentu emosi yang meledak-ledak dalam jiwa akan sedikit demi sedikit leleh. Jika ini tak mampu dilakukan, baiknya jangan dipaksakan ikut ngamen irama campursari, kembalilah ke karawitan. Karena emosi akan memblok otak untuk memahaminya, sedangkan otak dalam keadaan terblok tak mungkin mau dimasuki pengetahuan baru. Paham yang saya maksud bukan? Semoga saja.

2. Pahami karakter stylenya
Setiap player pastilah berbeda dalam membuat stylenya. Pernahkah anda dijob untuk main bersama player yang sebelumnya belum pernah bertemu satu panggung? Jika ya, perhatikan beberapa lagu pertama dimainkan (tentunya lagu Jawa, misalnya langgam). Di sana akan tampak seberapa cepat tempo saat irama 1 dan irama 2. Jika sudah ketemu, lekatkan dalam perasaan.

3. Kunci telinga anda
Menurut pengamatan saya, setiap player pastilah selalu menyertakan metronom berupa suara simbal drum atau sejenis tamborin yang mengikuti irama. Nah, dari suara itu kuncilah kedua telinga dengan metronom tersebut. Jika dengan mata melek kesulitan, cobalah sambil merem. Ini berarti telinga harus mengikuti metronom sekaligus mendengarkan suara kendang yang terkadang mengeluarkan variasi tertentu, diikuti tangan bergerak menabuh tanpa lepas dari irama style keyboard. Karena, sedikit saja anda lepas dari tempo maka anda akan tersesat irama he he..

Saya sendiri juga heran, betapa hebatnya penemu suara kendang. Gamelan apapun akan selalu mengikuti iramanya secara naluriah dan otomatis hanya cukup dengan suara tertentu. Tentu hanya pengrawit yang tahu soal ini, bagaimana suara kendang mengajak memulai, berhenti dan sebagainya.

4. Perhatikan karakter pengendang
Seperti yang saya katakan di atas, bahwa teknik ini tidaklah mudah. Butuh proses yang cukup lama dan terus menerus. Apalagi jika anda terbiasa karawitan, saya yakin super kesulitan. Bagi pengendang yang sudah mahir, ia akan mampu seakan-akan lepas dari metronom keybord dan kembali lagi dengan mudahnya. Tetapi, bagi pengendang yang belum mahir terkadang dia banyak terjerumus dalam iramanya sendiri.

Nah, kita sebagai penyaron harus mampu mengukur seberapa keahlian si pengendang. Jika dia mahir ikuti saja, ini akan menjadikan irama yang unik dan menarik. Rasanya menjadi semu, dan mengasyikkan. Tetapi bila dirasa pengendang belum menguasai medan, kuncilah telinga ke metronom keyboard.

5. Imbangi volume keyboard
Kita nabuh bersama mesin elektrik, bukan karawitan. Fungsi balungan untuk membantu penekanan suara keyboard agar lebih mantab. Dengarkan seberapa volume keyboard yang luar pada salon sound system. Karena campursari ringkes yang dominan adalah keyboard tentu suaranya paling dominan. Menurut saya saron harus mampu mengimbangi seberapa volume keyboard. Mengapa? Jika suara saron tidak mampu mengimbangi suara keyboard trus apa gunanya ditambahi gamelan?

Namun, agar rasanya terdengar semu, tabuhlah saron jangan monoton, tetapi buatlah variasi suara yang unik. Artinya, terkadang kita menabuh lemah, terkadang imbang keyboard, dan terkadang menonjol melebihi volume keyboard. Kesemuanya tentunya menurut kebutuhan.

Dan yang tak kalah penting, perhatikan seberapa keras volume mike yang keluar di salon, apakah sudah imbang dengan keyboard atau belum. Terkadang ada tukang sound yang tidak memperhatikan ini, karena gamelan yang berbahan perunggu bagus tanpa di mike suaranya sudah keras, maka volume malah hampir ditutup. Tetapi mereka tidak memperhatikan bagaimana di salon, karena bagaimanapun kerasnya pasti kalah dengan suara keyboard. Apalagi jika direkam, saron yang telah kita tabuh berkeringat ternyata tak muncul di sana, huuu... ra kacek!

Saya kira sekian dulu sharing saya mengenai bagaimana menabuh saron bersama elektone dalam campursari ringkes.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti dan perbedaan lambang Koperasi Indonesia

Three yellow box

Notasi Ayak-ayakan Pamungkas Pelog Barang