Pelajaran perjalanan hidupku

Pelajaran perjalanan hidupku. Mempelajari sesuatu yang sama sekali belum pernah dikenal bukanlah hal mudah. Jika mungkin ada orang yang membimbing mungkin beban pikiran kita akan lebih ringan. Tetapi bagaimana jika mempelajari sesuatu tanpa bimbingan seseorang tetapi hanya belajar lewat buku?

Pastilah merupakan tantangan bagi seseorang yang suka belajar. Pernahkah anda mengalami itu? Jika saya pernah sekali. Dan itu menjadikan pengalaman terbesar bagi saya, meski mungkin saja orang lain memandangnya sebagai sesuatu yang tidak menarik.

Saya hanya ingin berbagi saja tentang pengalaman yang pernah saya alami hingga saat ini. Dulunya, saya hanyalah anak seorang petani kampung yang di sekolahkan ke sebuah Sekolah Menengah Atas Negeri di Wuryantoro, kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (anda bisa baca About Me) 3 tahun saya berhasil membawa pulang selembar ijazah SMA, tanggalnya saya lupa yang jelas tahun 1995. Berbagai kenangan tak banyak aku ingat semasa itu. Dalam benak saya yang ada hanyalah membawa selembar ijazah SMA ke Jakarta dan melamar pekerjaan di sana.

Diiringi linangan air mata simbok, sayapun pergi ke Jakarta dengan tujuan ke tempat saudara. Saat itu Jakarta belum seperti sekarang, bisa dikatakan persaingan ekonomi maupun pekerjaan masih lebih longgar.

Singkat cerita saya diterima bekerja pada sebuah pabrik YKK yang memproduksi resletting, dengan gaji kalau nggak salah 275 ribu perbulan. Maklum UMR pada waktu itu memang masih seputaran segitu. Dua tahun bekerja di sana, pada tahun 1997 terjadi krisis moneter yang mengakibatkan pabrik banyak melakukan pengurangan karyawan, termasuk saya.

Tak berpikir panjang sayapun pulang kampung dengan tangan hampa. Orang tuapun tidak pernah mempermasalahkan itu, justru mereka senang jika saya tak pergi lagi dari kampung. Sempat bingung juga selama 2 tahun biasa bekerja dan sekarang tak tahu apa yang harus dikerjakan.

Maklum, kampungku sulit mencari pekerjaan selain bekerja ke sawah, padahal sawah hanya mengandalkan tadah hujan saja. Sempat juga membolak-balik ijazah yang pernah saya dapatkan selama 3 tahun. Saya tak dapat berbuat banyak dengan ijazah itu.

Selama beberapa bulan menganggur, mulai timbul rasa jenuh. Mulai mencari-cari pekerjaan apapun yang sekiranya bisa dikerjakan. Setelah beberapa hari saya punya keinginan jualan HIK (hidangan istimewa kampung) di daerah Nguter, kabupaten Sukoharjo, yang jaraknya dengan rumah saya kurang lebih 25km.

Jika anda tinggal disekitar Solo pasti paham apa itu HIK. Satu tahun berlalu, pergi sore pulang malam. Berangkat dari rumah jam 16.00, sampai tkp mulai menyiapkan dagangan, mulai berjualan, habis tak habis jam 00.00-01.00 pulang lagi ke rumah. Lama-lama terasa jenuh juga, hanya itu, itu dan itu saja yang ku kerjakan.

Saat berjualan banyak teman yang aku kenal, terutama para makelar sepeda motor. Mencoba memahami bagaimana menjadi makelar motor, tak lama saya pun berhenti berjualan HIK dan mencoba merintis pekerjaan menjadi makelar. Bermodalkan sedikit uang pinjaman dari BRI pelan-plan usaha saya berjalan.

Satu tahun berjalan, saya banyak ditipu teman. Mereka mengambil motor dari saya dijual, lalu mbayarnya tak tentu waktunya, setiap ditagih ada saja alasannya. Belum lagi saya kena tipu dari rekan makelar juga, motor yang saya beli ternyata aspal. Padahal motor tersebut dibeli tetangga saya, saat dipajakkan ki SAMSAT ternyata motor tersebut aspal.

Tak mau banyak ribet, akupun menukar sepeda motor yang ditahan Polres tersebut dengan uang saya sendiri. Saat itulah terakhir kali saya kecewa pada teman-teman makelar dan akhirnya saya berhenti menjadi makelar.

Pengangguran kembali ku jalani, padahal tiap bulan saya harus setoran ke BRI karena pinjaman saya. Beberapa saat menganggur menjadikan saya bingung setengah mati, tak bisa setoran adalah hal pertama yang aku pikirkan.

Berjalan beberapa bulan membuatku semakin gusar karenanya. Suatu hari saya bertemu rekan yang memperkenalkanku pada barang yang dulunya ku anggap barang mewah, yaitu komputer. Saya tak tahu sama sekali apa itu komputer, jangankan mengoperasikan, sedangkan menghidupkan saja saya tak tahu bagaimana caranya.

Berkat bimbingan sahabat saya tersebut saya mulai bisa bagaimana menghidupkan komputer. Tertarik pada satu program grafis coreldraw, saya mulai pingin bisa mengoperasikannya. Kebetulan sahabat saya tahu bagaimana menjalankan program ini. Dengan sabar dia memberikan dasar-dasar program ini.

Sedikit demi sedikit saya belajar berbagai bidang grafis dengan program ini. Setelah berjalan beberapa saat, saya mulai jenuh, pelajaran hanya itu-itu saja, sedangkan tak mungkin saya menyuruh teman saya untuk menunggui saya tiap hari belajar. Ide membeli buku membayangi tiap malam. Tetapi, setelah saya tanya-tanya buku komputer rata-rata mahal harganya. Disaat-saat seperti ini saya kacau, menginginkan sesuatu tetapi sulit mendapatkannya.

Kampungku termasuk kampung pelestari budaya seni karawitan, terbukti semenjak saya kecil tetangga saya mempunyai gamelan meski hanya gamelan yang terbuat dari besi. Bersamaan dengan itu, setiap malam minggu para pemuda mengadakan latihan menabuh gamelan, karena saya juga suka dengan seni gamelan saya pun tak mau ketinggalan.

Sambil setiap hari belajar komputer, setiap malam minggu saya ikut latihan menabuh gamelan. Setahun lebih belajar gamelan sekaligus komputer, pada suatu saat saya diajak teman untuk ikut job campursari. Setelah beberapa bulan, semakin banyak saja rekan yang mengajak job campursari.

Nah, saat inilah saat terpenting bagi saya. Uang hasil job saya kumpulkan dan akhirnya saya bisa membeli berbagai buku komputer. Buku yang pertama kali saya beli adalah buku coreldraw, baru kemudian menyusul buku-buku lainnya seperti photoshop, microsoft word dan tak ketinggalan buku-buku tentang bagaimana merakit dan memperbaiki komputer yang rusak.

Dengan buku-buku tersebut akhirnya kemajuan tak terduga terjadi dalam hidupku. Setelah hampir 2 tahun saya bisa mengoperasikan banyak program komputer, merakit sekaligus memperbaikinya ketika terjadi kerusakan ringan baik sofware maupun hardware.

Bukan itu saja, setelah itu saya mengenal dunia internet yang hampir tak terbatas. Sedikit demi sedikit saya mulai membuka-buka internet, rasanya seperti gila saja. Rasa penasaran selalu saja mengganggu. Hampir setiap malam saya pergi ke warnet.

Namun, karena saya pikir ke warnet boros, akhirnya saya membeli modem sendiri. Dengan memiliki modem saya lebih leluasa membuka internet, mencari artikel tentang apa saja, berkelana di dunia maya. Saya bebas berhenti di mana saja saya suka dan berjalan kembali ketika saya menginginkannya.

Dari perjalanan panjang di dunia internet akhirnya saya berpikir, bagaimana ya cara membuat blog yang memuat berbagai artikel seperti ini? Kembali pikiranku dipenuhi rasa penasaran. Mulai utak-atik menerapkan tutorial membuat blog pun saya jalankan. Hari demi hari, minggu berganti bulan akhirnya saya bisa membuat blog sendiri meski masih acak-acakan.

Tetapi paling tidak saya sudah bisa posting dan menerapkan beberapa kode HTML, seperti membuat tulisan berjalan, bagaimana membuat menu dan beberapa hal kecil lainnya. Hingga sampai saat ini saya telah memiliki beberapa blog kebanggaan saya.

He hee..., saya hanya cerita. Lalu mana endingnya? Jalan hidupku masih panjang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti dan perbedaan lambang Koperasi Indonesia

Three yellow box

Notasi Ayak-ayakan Pamungkas Pelog Barang