Bapak ibu, janganlah kalian bercerai

Bapak ibu, janganlah kalian bercerai. Tak salah orang berkata bahwa kehidupan ini bak roda berputar. Begitu juga kehidupan berumah tangga. Berbagai rasa melengkapi di sana. Bahagia, sedih, gembira, suka duka dan seabrek rasa melengkapi sebuah kehidupan rumah tangga.

Dari sana banyak hal yang bisa kita pelajari, mulai bagaimana kita harus berkomunikasi dengan pasangan hingga bagaimana menyelesaikan suatu masalah dengan pasangan.

Saat kehidupan berumah tangga dalam keadaan tercukupi baik rohani maupun materi, tentunya kehidupan akan terasa sangat menyenangkan untuk dijalani bersama. Semua serba indah. Tetapi bagaimana jika kehidupan berumah tangga serba kekurangan? Apakah yang anda rasakan dan lakukan untuk itu?

Bagi  seorang ibu dan bapak rumah tangga yang memang benar-benar bertekad bulat ingin membangun sebuah rumah tangga tangga yang damai sentosa, saya kira kekurangan bukanlah satu alasan untuk berlari dari keluarga. Justru hal tersebut adalah pembelajaran. Mereka akan selalu belajar memahami apa yang terjadi, bagaimana menghadapi dan bagaimana menyelesaikannya dengan bijak.

Tetapi, bagi seorang ibu ataupun bapak yang memang tak punya tekad bulat untuk membangun sebuah rumah tangga yang kuat, biasanya mereka tidak betah dengan keadaan tersebut, sebagai jalan pintas mencari pelarian. Minuman, kehidupan malam, hingga mencari wanita idaman lain ataupun pria idaman lain. Sesaat mereka akan melupakan segala permasalahan yang ada. Mereka tak pernah berfikir bagaimana nantinya keluarga dan anak-anak.

Satu pengalaman yang menerpa kehidupan keluarga dekat saya. Sebut saja namanya Budi. Sejak SD ayah dan ibunya bercerai, masing-masing baik bapak maupun ibunya telah mempunyai keluarga sendiri. karena sesuatu hal dia memilih hidup dibawah bimbingan kakeknya. Dalam hal ekonomi tak kekurangan, apapun yang ia minta dapat terpenuhi. Apalagi om maupun buliknya selalu memberinya uang sekali waktu.

Namun, apa yang terjadi? Setelah dia menginjak usia dewasa, kenakalannya menjadi. Mulai dari mabuk, perkelahian, balap motor liar selalu mengisi hari-harinya. Dia baik dengan saya, sayapun belum berusaha menasehatinya. Suatu saat dia habis mabuk, dan main ke tempat saya. Dia ngoceh sambil tertawa-tawa, akupun berusaha mengimbanginya dengan ikut tertawa.

Selang beberapa saat dia terdiam, entah apa yang dia fikirkan. Tiba-tiba ia berteriak tertahan dalam bahasa Jawa. Yang intinya dia menyesali mengapa Bapak Ibunya dulu harus bercerai? Kata itu berulang kali dia ucapkan. Saya berusaha meredam dengan pelan. Saya katakan bahwa suatu saat hal itu ada hikmah tersendiri yang akan membuat hidupmu lebih baik. Sedikit demi sedikit ia pun reda dan singkat kata ia pamit pulang.

Dari kejadian itu saya merenung, sekarang saya mengerti mengapa anak itu nakal dan suka bertindak sesuka hatinya, ternyata perceraian bapak ibunyalah yang menyebabkan ia begitu. Kehidupan ekonomi yang serba cukup belum tentu membuat seseorang bisa hidup damai dan bahagia. Kasih sayang dari orang tua lebih utama.

Semoga secuil pengalaman ini menjadikan wacana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arti dan perbedaan lambang Koperasi Indonesia

Three yellow box

Notasi Ayak-ayakan Pamungkas Pelog Barang